Menunduk bukan Berarti Tunduk.

9:32 AM UTARINI CANDRAKIRANA 1 Comments

Sebel gak sih kalo lagi ketemu teman lama tapi dia yang diajak ngobrol malah sibuk main HP?
Atau kalian pernah ngalamin lagi PDKT sama gebetan tapi dia bales chatnya lama dan giliran jalan bareng, ternyata dia selalu buka handphone nya?

Namun kita tidak bisa memungkiri, bahwa perkembangan teknologi dan informasi agaknya memberikan dampak yang sangat dahsyat terhadap kehidupan manusia dalam berkomunikasi dan bersosialisasi. Khususnya para remaja. Mungkin, tanpa sadar kita seakan patuh dan terikat dengan layar sebesar genggaman tangan itu. Apa yang sebenarnya sedang kita lakukan? Menyelami dunia maya yang terlihat lebih berwarna ketimbang dunia nyata? Apa yang kita temukan di sana? Bagaimana kita bisa terpaku dengan layar handphone berjam-jam tapi tidak bisa berkonsentrasi di dalam kelas ketika melihat papan tulis?

Well, “Generasi Menunduk” itulah istilah unik dan tepat untuk masyarakat modern penggila gadget dan internet. Alasannya, coba kita perhatikan, hampir setiap orang menunduk Karena terfokus pada gadget yang mereka genggam, tidak mengenal tempat dan waktu. Apakah hal ini merupakan sebuah kesalahan? Sebenarnya tidak. Tetapi, hal itu akan menjadi sebuah kesalahan ketika dilakukan secara berlebihan hingga berdampak buruk. Menurut Ibu Ety, seorang Guru BK di salah satu SMA swasta, dirinya kerap kali berurusan dengan murid yang ketahuan membuka hp ketika sedang jam pelajaran. “Banyak sekali siswa dan siswi yang berurusan dengan BK karena ketahuan menggunakan HP saat jam pelajaran” ungkapnya. “Yang jadi masalah disini, siswa seringkali salah mengerti kenapa kami (sebagai guru) sangat melarang mereka menggunakan HP di kelas. Alasan yang paling utama adalah, kami ingin mereka belajar menghargai orang lain terutama guru yang sedang memberikan materi. Saya paham betul HP sangat penting bagi mereka, namun alangkah baiknya jika mereka juga sadar pendidikan jauh lebih penting dari itu” Lanjutnya.

Menurut Ibu Ety, tidak masalah bagi siswa dan siswi untuk membawa HP ke sekolah, Karena sekolah tidak mengeluarkan larangan bagi mereka yang membawa ponsel. Ponsel diakuinya bukan hanya sekedar alat komunikasi, melainkan juga sebagai alat bantu untuk belajar. “Memang betul, sekolah tidak pernah melarang muridnya membawa HP. Mengenai generasi menunduk, sepertinya bukan hanya anak remaja saja yang terkena dampak dari teknologi ini ya. Orang dewasa pun banyak kok di mall atau tempat kerja mereka yang tidak bisa lepas dari Handphone. Termasuk saya. Teknologi mempermudah kita. Nah, balik lagi ke porsi penggunaanya. Yang penting tau waktu, aturan, dan konsekuensinya. Selama digunakan untuk kebaikan, kenapa nggak?”'

Ibu yang mendapat julukan Guru BK Gaul oleh anak murid ini mengaku, salah satu dampak negatif yang ia rasakan dari “Generasi Menunduk” ini adalah adanya disfungsi sosial. Orang-orang cenderung lebih individualis. Hal ini terjadi Karena mereka lebih sering berkomunikasi dan bersosialisasi di dunia maya. Bila dihubungkan dengan problem generasi menunduk yang bebas melangkah di dunia maya, maka agama memiliki peran sebagai filter. Di sinilah perlu adanya kesadaran dari dalam untuk membentengi kita dari hal-hal negative yang internet berikan. Selain itu, upaya yang dilakukan sebagai bentuk konkrit untuk menanamkan nilai dan norma agama harus terlaksana.

“Peran kontrol orang tua sangat berperan besar dalam kehidupan anaknya. Permasalahan yang kita hadapi sekarang adalah, masih banyak orang tua yang tidak mau melek teknologi. Beberapa beralasan, Karena sudah bukan zamannya lagi. Yang lebih parah beralasan Karena ribet. Padahal, dengan kita melek teknologi, kita bisa tau apa saja yang anak kita gunakan dan yang mereka akses. Saya sendiri punya beberapa social media yang yang lagi happening di kalangan anak muda sekarang, ada Snapchat, Instagram, dan terakhir saya sempat mendownlad Bigo Live, Hehehe” Akunya ringan diiringi tawa kecil di telpon. “Banyak anak murid saya yang mem-follow saya dan saya juga mem-follow mereka. Saya sendiri bisa melihat kegiatan mereka dari postingan-postingan mereka di social media. Misalnya, Wah, anak ini habis dari Bali. Duh kok ya bajunya terbuka banget, ya seperti itu lah”

Bagi Kezia sendiri, seorang mahasiswa di STIKOM London School of Public Relations – Jakarta smartphonenya adalah salah satu barang berharga yang tidak boleh tertinggal di rumah. “Smartphone itu penting banget buat gue. It helps me with everything. Sebagai orang yang kuliah sambil bekerja, kadang konsentrasi gue suka terganggu diantara keduanya, misal nih ya, gue lupa besok ada tugas kuliah Karena saking sibuknya kerja. Eh, pas gue ngecek hp ternyata temen gue ada yang ingetin di Group Line kelas tentang tugas itu. Dan menurut gue itu cukup membantu”

Dara berusia 19 tahun ini beranggapan bahwa kita tidak pernah bisa lepas dari perkembangan teknologi. “I admit that, I spend a lot of time by scrolling through my social media timeline. Mostly, Instagram. Kebetulan gue suka banget sama fotografi, jadi apa yang disajikan di IG dan orang-orang yang gue follow, seakan bisa kasih kesenangan sendiri buat gue. Dari sana gue juga dapet beberapa temen yang hobinya sama kayak gue. See, gak semua yang ada di Internet itu hal yang buruk kan?” Jelasnya,


Semua kembali lagi dari cara kita memandang teknologi. Yang perlu di ingat adalah, social media is not our social life, kita punya kewajiban yang harus dijalani dalam kehidupan real kita. Jangan sampai teknologi malah menghambat hal tersebut. 


Maybe your phone is smart, but you gotta be smarter that that. 

You Might Also Like

1 comment: