Menunduk bukan Berarti Tunduk.
Sebel gak sih kalo lagi ketemu teman lama tapi dia yang diajak ngobrol
malah sibuk main HP?
Atau kalian pernah ngalamin lagi PDKT sama gebetan tapi dia bales
chatnya lama dan giliran jalan bareng, ternyata dia selalu buka handphone nya?
Namun kita tidak bisa memungkiri,
bahwa perkembangan teknologi dan informasi agaknya memberikan dampak yang
sangat dahsyat terhadap kehidupan manusia dalam berkomunikasi dan
bersosialisasi. Khususnya para remaja. Mungkin, tanpa sadar kita seakan patuh
dan terikat dengan layar sebesar genggaman tangan itu. Apa yang sebenarnya
sedang kita lakukan? Menyelami dunia maya yang terlihat lebih berwarna
ketimbang dunia nyata? Apa yang kita temukan di sana? Bagaimana kita bisa
terpaku dengan layar handphone berjam-jam tapi tidak bisa berkonsentrasi di
dalam kelas ketika melihat papan tulis?
Well, “Generasi Menunduk” itulah
istilah unik dan tepat untuk masyarakat modern penggila gadget dan internet. Alasannya,
coba kita perhatikan, hampir setiap orang menunduk Karena terfokus pada gadget
yang mereka genggam, tidak mengenal tempat dan waktu. Apakah hal ini merupakan
sebuah kesalahan? Sebenarnya tidak. Tetapi, hal itu akan menjadi sebuah
kesalahan ketika dilakukan secara berlebihan hingga berdampak buruk. Menurut
Ibu Ety, seorang Guru BK di salah satu SMA swasta, dirinya kerap kali berurusan
dengan murid yang ketahuan membuka hp ketika sedang jam pelajaran. “Banyak
sekali siswa dan siswi yang berurusan dengan BK karena ketahuan menggunakan HP
saat jam pelajaran” ungkapnya. “Yang jadi masalah disini, siswa seringkali
salah mengerti kenapa kami (sebagai guru) sangat melarang mereka menggunakan HP
di kelas. Alasan yang paling utama adalah, kami ingin mereka belajar menghargai
orang lain terutama guru yang sedang memberikan materi. Saya paham betul HP
sangat penting bagi mereka, namun alangkah baiknya jika mereka juga sadar
pendidikan jauh lebih penting dari itu” Lanjutnya.
Menurut Ibu Ety, tidak masalah
bagi siswa dan siswi untuk membawa HP ke sekolah, Karena sekolah tidak
mengeluarkan larangan bagi mereka yang membawa ponsel. Ponsel diakuinya bukan
hanya sekedar alat komunikasi, melainkan juga sebagai alat bantu untuk belajar.
“Memang betul, sekolah tidak pernah melarang muridnya membawa HP. Mengenai
generasi menunduk, sepertinya bukan hanya anak remaja saja yang terkena dampak
dari teknologi ini ya. Orang dewasa pun banyak kok di mall atau tempat kerja mereka yang tidak bisa lepas dari
Handphone. Termasuk saya. Teknologi mempermudah kita. Nah, balik lagi ke porsi
penggunaanya. Yang penting tau waktu, aturan, dan konsekuensinya. Selama
digunakan untuk kebaikan, kenapa nggak?”'
Ibu yang mendapat julukan Guru BK Gaul oleh anak murid ini
mengaku, salah satu dampak negatif yang ia rasakan dari “Generasi Menunduk” ini
adalah adanya disfungsi sosial. Orang-orang cenderung lebih individualis. Hal
ini terjadi Karena mereka lebih sering berkomunikasi dan bersosialisasi di
dunia maya. Bila dihubungkan dengan problem generasi menunduk yang bebas
melangkah di dunia maya, maka agama memiliki peran sebagai filter. Di sinilah
perlu adanya kesadaran dari dalam untuk membentengi kita dari hal-hal negative
yang internet berikan. Selain itu, upaya yang dilakukan sebagai bentuk konkrit
untuk menanamkan nilai dan norma agama harus terlaksana.
“Peran kontrol orang tua sangat
berperan besar dalam kehidupan anaknya. Permasalahan yang kita hadapi sekarang
adalah, masih banyak orang tua yang tidak mau melek teknologi. Beberapa
beralasan, Karena sudah bukan zamannya lagi. Yang lebih parah beralasan Karena ribet. Padahal, dengan kita melek teknologi, kita bisa tau apa saja
yang anak kita gunakan dan yang mereka akses. Saya sendiri punya beberapa
social media yang yang lagi happening
di kalangan anak muda sekarang, ada Snapchat, Instagram, dan terakhir saya
sempat mendownlad Bigo Live, Hehehe” Akunya ringan diiringi tawa kecil di
telpon. “Banyak anak murid saya yang mem-follow
saya dan saya juga mem-follow mereka.
Saya sendiri bisa melihat kegiatan mereka dari postingan-postingan mereka di
social media. Misalnya, Wah, anak ini habis dari Bali. Duh kok ya bajunya
terbuka banget, ya seperti itu lah”
Bagi Kezia sendiri, seorang
mahasiswa di STIKOM London School of Public Relations – Jakarta smartphonenya
adalah salah satu barang berharga yang tidak boleh tertinggal di rumah.
“Smartphone itu penting banget buat gue. It helps me with everything. Sebagai
orang yang kuliah sambil bekerja, kadang konsentrasi gue suka terganggu
diantara keduanya, misal nih ya, gue lupa besok ada tugas kuliah Karena saking
sibuknya kerja. Eh, pas gue ngecek hp ternyata temen gue ada yang ingetin di
Group Line kelas tentang tugas itu. Dan menurut gue itu cukup membantu”
Dara
berusia 19 tahun ini beranggapan bahwa kita tidak pernah bisa lepas dari
perkembangan teknologi. “I admit that, I spend a lot of time by scrolling
through my social media timeline. Mostly, Instagram. Kebetulan gue suka banget
sama fotografi, jadi apa yang disajikan di IG dan orang-orang yang gue follow,
seakan bisa kasih kesenangan sendiri buat gue. Dari sana gue juga dapet
beberapa temen yang hobinya sama kayak gue. See, gak semua yang ada di Internet
itu hal yang buruk kan?” Jelasnya,
Semua kembali lagi dari cara kita
memandang teknologi. Yang perlu di ingat adalah, social media is not our social
life, kita punya kewajiban yang harus dijalani dalam kehidupan real kita.
Jangan sampai teknologi malah menghambat hal tersebut.
analisa yg bagus
ReplyDelete