Kedai Kopi Tak Kie. Tak Lekang Oleh Waktu

8:16 PM UTARINI CANDRAKIRANA 0 Comments


Jakarta merupakan Ibukota Negara kita Indonesia. Jakarta ini didalamnya terdapat beragam suku. Karena banyak orang yang mengadu nasib dan Hijrah di Ibukota Indonesia ini. Selain orang-orang yang berhijrah, berbagai produk pun juga ikut Hijrah ke Kota yang padat Penduduknya ini. Dari Produk makanan, furniture, sampai Produk elektronik. Kalau bertanya-tanya tentang Produk atau Barang Elektronik pastilah terlintas di dalam pikiran kita adalah Glodok yang terletak di Jakarta Barat. Namun, selain dikenal pusat Elektronik Glodok juga memiliki keunikan masyarakatnya. Oleh Karena itu di artikel kali ini kita akan membahas tentang Human Interest yang ada di Glodok.

Daerah Glodok ini sudah ada sejak lama sekali sejak zaman Belanda. Dan mayoritas Warga sekitarnya ini adalah seorang Tionghoa. Hingga saat ini Warga Tionghoa di Kawasan Glodok ini menjadikan daerah ini menjadi daerah Perdagangan, sehingga banyak transaksi jual beli di daerah ini, seperti jual beli Barang elektronik, Makanan dan lainnya. Dan sebagian warga tionghoa lainnya ada yang pindah ke kawasan Elite dan telah memiliki rumah mewah, di daerah Pluit, ancol, Sunter, Pantai Indah Kapuk dan Pondok Indah.

Dari zaman Belanda memang kawasan Glodok ini adalah daerah Ekonomi yang tidak pernah berhenti oleh aliran Perdagangan, jadi kawasan ini bukan hanya kawasan yang identic dengan Pecinan saja. Glodok juga memiliki berbagai sejarah dan perjuangannya, seperti Perjuangan kaum Migran, Keterpurukan, Kejayaan dan juga perlawanan terhadap nasib dan Penindasan.
Dahulu Daerah ini dilarang melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan adat mereka, namun setelah masa-masa perjuangan mereka, akhirnya sampai saat ini setiap menjelang imlek kita bisa mendapati daerah Glodok ini terdapat perayaan Tahun barunya. Selain itu daerah ini juga kental akan adat dan tradisi Tionghoa-nya.


Di daerah Petak Sembilan daerah jalan Kemenangan III, banyak di daerah ini barang-barang untuk pernak Pernik lampion merah seperti yang kita temui pada saat imlek. Selain itu kawasan ini juga banyak sekali Produk makanannya. Ada makanan jenis basah maupun kering. Daerah tempat makan banyak di daerah Gang Gloria, berbagai jenis kuliner pun di Jual di kawasan ini, memang kebanyakan di daerah sana adalah Chinese food.

Banyak orang yang mengenal Glodok ini Pusat Elektronik, ternyata di sekitar Glodok juga memiliki berbagai macam jenis kuliner. Beberapa tempatnya ada di Pasar Petak Sembilan, disana terdapat makanan kering maupun basah. Kuliner-kuliner yang basah ini terdiri dari sayur-sayuran, daging dan buah-buahan. Di bagian kuliner Kering, terdapat beberapa jenis kue, permen, dan camilan. Salah Satunya kedai Kopi Tak Kie yang telah melegenda ini.




Kedai kopi ini hanya terletak beberapa meter saja dari bibir gang gloria. Tempatnya tak terlalu besar. Tak ada papan nama yang megah. Bagian depannya malah tertutupi oleh gerobak penjual Sekba dan Bektim (makanan dari jerohan babi). Sangat sederhana untuk sebuah kedai kopi yang sudah berdiri sejak tahun 1927. Suasana di dalam kedai ini cukup bisa dibilang tidak mewah, namun cukup membuat saya terbayang akan suasana pada zaman Belanda, mengingat tak banyak yang berubah dari interiornya. Menu yang dijual di sini hanya ada 2, Kopi Hitam dan Kopi susu, pakai es atau tidak. Harganya bisa dibilang sangat terjangkau, Kopi Hitam seharga 10 ribu rupiah, sedangkan kopi susu cukup tambah uang sebesar seribu rupiah. 

0 comments:

China Town-nya Jakarta!

7:47 PM UTARINI CANDRAKIRANA 0 Comments


Mungkin beberapa dari anda yang senang plesiran ke Luar Negeri, bukan hal yang asing lagi mendengar istilah China Town. Bila diperhatikan, hampir di setiap negara memiliki Kota China ini. Seperti di Indonesia, tepatnya Jakarta, juga memiliki China Town-nya sendiri atau yang terkenal dengan nama "Glodok"

Berjalan-jalan di Jakarta banyak keunikannya, ditambah lagi Jakarta merupakan ibukota dari Indonesia. Sehingga banyak yang mulai berhijrah ke Jakarta, dari orang-orang sampai berbagai produk pun juga berhijrah ke ibukota Indonesia ini. Alhasil banyak terjadi transaksi jual beli di Jakarta ini. Selain itu Jakarta juga memiliki berbagai kawasan Pusat Bisnis, Grosir bisnis, sampai tempat-tempat bersejarah. Salah satunya Pusat elektronik yang terkenal di Jakarta adalah di daerah Glodok. Oleh Karena itu di artikel kali ini kita akan sedikit review Travel Glodok.

Sedikit cerita tentang glodok, Glodok ini ternyata sudah ada sejak Pemerintahan Hindia Belanda, dan dikenal sebagai pecinan terbesar di Batavia. Sehingga bisa kita lihat mayoritas Warga Glodok adalah Keturunan Tionghoa. Kata Glodok sendiri berasal dari Bahasa sunda yaitu Golodog, yang memiliki arti Pintu masuk rumah, Karena sunda kalapa (Sebelum nama Jakarta) merupakan pintu masuk ke kerajaan sunda. Oiya Ada yang bilang juga daerah Glodok ini dikelilingi oleh banyak kincir air yang berbunyi Glojok-glojok, hingga diplesetin menjadi Glodok lah nama daerah ini.

Berjalan-jalan di Kawasan Glodok banyak memiliki nama-nama jalan yang unik, contohnya, jalan kebahagiaan, kesehatan, Kemenangan dan lainnya. Warga sekitar percaya pemberian nama ini merupakan sebuah doa, dan akan mengantarkan mereka ke kehidupan yang lebih baik lagi.

Banyak orang yang mengenal Glodok ini Pusat Elektronik, ternyata di sekitar Glodok juga memiliki berbagai macam jenis kuliner. Beberapa tempatnya ada di Pasar Petak Sembilan, disana terdapat makanan kering maupun basah. Kuliner-kuliner yang basah ini terdiri dari sayur-sayuran, daging dan buah-buahan. Di bagian kuliner Kering, terdapat beberapa jenis kue, permen, dan camilan.

Pasar Petak Sembilan ini berada di Jalan Kemenangan III, Kelenteng Dharma Bhakti. Menelusuri tempat selanjutnya terdapat gang Gloria. Tepatnya di seberang jalan Pancoran, gang ini bernama jalan Pintu Besar Selatan III Nomor 4-6 Pancoran, Glodok. Di pintu masuknya, banyak beragam Pedagang Permen dan Manisan Khas Tionghoa. Di gang ini, terdapat berbagai macam Makanan Khas Tionghoa, seperti Sup Pi Oh, Kopi Tak Kie, Soto Betawi, Pedagang buah-buahan, Toko Kawi dan juga ada foodcourt yang bernama Gloria Foodcourt. Di Gloria Foodcourt ini anda akan mencicipi mie Kangkung si Jangkung yang sangat terkenal. 

Bagi anda pecinta kuliner, mungkin tempat ini menjadi salah satu surganya.



0 comments:

Menunduk bukan Berarti Tunduk.

9:32 AM UTARINI CANDRAKIRANA 1 Comments

Sebel gak sih kalo lagi ketemu teman lama tapi dia yang diajak ngobrol malah sibuk main HP?
Atau kalian pernah ngalamin lagi PDKT sama gebetan tapi dia bales chatnya lama dan giliran jalan bareng, ternyata dia selalu buka handphone nya?

Namun kita tidak bisa memungkiri, bahwa perkembangan teknologi dan informasi agaknya memberikan dampak yang sangat dahsyat terhadap kehidupan manusia dalam berkomunikasi dan bersosialisasi. Khususnya para remaja. Mungkin, tanpa sadar kita seakan patuh dan terikat dengan layar sebesar genggaman tangan itu. Apa yang sebenarnya sedang kita lakukan? Menyelami dunia maya yang terlihat lebih berwarna ketimbang dunia nyata? Apa yang kita temukan di sana? Bagaimana kita bisa terpaku dengan layar handphone berjam-jam tapi tidak bisa berkonsentrasi di dalam kelas ketika melihat papan tulis?

Well, “Generasi Menunduk” itulah istilah unik dan tepat untuk masyarakat modern penggila gadget dan internet. Alasannya, coba kita perhatikan, hampir setiap orang menunduk Karena terfokus pada gadget yang mereka genggam, tidak mengenal tempat dan waktu. Apakah hal ini merupakan sebuah kesalahan? Sebenarnya tidak. Tetapi, hal itu akan menjadi sebuah kesalahan ketika dilakukan secara berlebihan hingga berdampak buruk. Menurut Ibu Ety, seorang Guru BK di salah satu SMA swasta, dirinya kerap kali berurusan dengan murid yang ketahuan membuka hp ketika sedang jam pelajaran. “Banyak sekali siswa dan siswi yang berurusan dengan BK karena ketahuan menggunakan HP saat jam pelajaran” ungkapnya. “Yang jadi masalah disini, siswa seringkali salah mengerti kenapa kami (sebagai guru) sangat melarang mereka menggunakan HP di kelas. Alasan yang paling utama adalah, kami ingin mereka belajar menghargai orang lain terutama guru yang sedang memberikan materi. Saya paham betul HP sangat penting bagi mereka, namun alangkah baiknya jika mereka juga sadar pendidikan jauh lebih penting dari itu” Lanjutnya.

Menurut Ibu Ety, tidak masalah bagi siswa dan siswi untuk membawa HP ke sekolah, Karena sekolah tidak mengeluarkan larangan bagi mereka yang membawa ponsel. Ponsel diakuinya bukan hanya sekedar alat komunikasi, melainkan juga sebagai alat bantu untuk belajar. “Memang betul, sekolah tidak pernah melarang muridnya membawa HP. Mengenai generasi menunduk, sepertinya bukan hanya anak remaja saja yang terkena dampak dari teknologi ini ya. Orang dewasa pun banyak kok di mall atau tempat kerja mereka yang tidak bisa lepas dari Handphone. Termasuk saya. Teknologi mempermudah kita. Nah, balik lagi ke porsi penggunaanya. Yang penting tau waktu, aturan, dan konsekuensinya. Selama digunakan untuk kebaikan, kenapa nggak?”'

Ibu yang mendapat julukan Guru BK Gaul oleh anak murid ini mengaku, salah satu dampak negatif yang ia rasakan dari “Generasi Menunduk” ini adalah adanya disfungsi sosial. Orang-orang cenderung lebih individualis. Hal ini terjadi Karena mereka lebih sering berkomunikasi dan bersosialisasi di dunia maya. Bila dihubungkan dengan problem generasi menunduk yang bebas melangkah di dunia maya, maka agama memiliki peran sebagai filter. Di sinilah perlu adanya kesadaran dari dalam untuk membentengi kita dari hal-hal negative yang internet berikan. Selain itu, upaya yang dilakukan sebagai bentuk konkrit untuk menanamkan nilai dan norma agama harus terlaksana.

“Peran kontrol orang tua sangat berperan besar dalam kehidupan anaknya. Permasalahan yang kita hadapi sekarang adalah, masih banyak orang tua yang tidak mau melek teknologi. Beberapa beralasan, Karena sudah bukan zamannya lagi. Yang lebih parah beralasan Karena ribet. Padahal, dengan kita melek teknologi, kita bisa tau apa saja yang anak kita gunakan dan yang mereka akses. Saya sendiri punya beberapa social media yang yang lagi happening di kalangan anak muda sekarang, ada Snapchat, Instagram, dan terakhir saya sempat mendownlad Bigo Live, Hehehe” Akunya ringan diiringi tawa kecil di telpon. “Banyak anak murid saya yang mem-follow saya dan saya juga mem-follow mereka. Saya sendiri bisa melihat kegiatan mereka dari postingan-postingan mereka di social media. Misalnya, Wah, anak ini habis dari Bali. Duh kok ya bajunya terbuka banget, ya seperti itu lah”

Bagi Kezia sendiri, seorang mahasiswa di STIKOM London School of Public Relations – Jakarta smartphonenya adalah salah satu barang berharga yang tidak boleh tertinggal di rumah. “Smartphone itu penting banget buat gue. It helps me with everything. Sebagai orang yang kuliah sambil bekerja, kadang konsentrasi gue suka terganggu diantara keduanya, misal nih ya, gue lupa besok ada tugas kuliah Karena saking sibuknya kerja. Eh, pas gue ngecek hp ternyata temen gue ada yang ingetin di Group Line kelas tentang tugas itu. Dan menurut gue itu cukup membantu”

Dara berusia 19 tahun ini beranggapan bahwa kita tidak pernah bisa lepas dari perkembangan teknologi. “I admit that, I spend a lot of time by scrolling through my social media timeline. Mostly, Instagram. Kebetulan gue suka banget sama fotografi, jadi apa yang disajikan di IG dan orang-orang yang gue follow, seakan bisa kasih kesenangan sendiri buat gue. Dari sana gue juga dapet beberapa temen yang hobinya sama kayak gue. See, gak semua yang ada di Internet itu hal yang buruk kan?” Jelasnya,


Semua kembali lagi dari cara kita memandang teknologi. Yang perlu di ingat adalah, social media is not our social life, kita punya kewajiban yang harus dijalani dalam kehidupan real kita. Jangan sampai teknologi malah menghambat hal tersebut. 


Maybe your phone is smart, but you gotta be smarter that that. 

1 comments: