Kedai Kopi Tak Kie. Tak Lekang Oleh Waktu

8:16 PM UTARINI CANDRAKIRANA 0 Comments


Jakarta merupakan Ibukota Negara kita Indonesia. Jakarta ini didalamnya terdapat beragam suku. Karena banyak orang yang mengadu nasib dan Hijrah di Ibukota Indonesia ini. Selain orang-orang yang berhijrah, berbagai produk pun juga ikut Hijrah ke Kota yang padat Penduduknya ini. Dari Produk makanan, furniture, sampai Produk elektronik. Kalau bertanya-tanya tentang Produk atau Barang Elektronik pastilah terlintas di dalam pikiran kita adalah Glodok yang terletak di Jakarta Barat. Namun, selain dikenal pusat Elektronik Glodok juga memiliki keunikan masyarakatnya. Oleh Karena itu di artikel kali ini kita akan membahas tentang Human Interest yang ada di Glodok.

Daerah Glodok ini sudah ada sejak lama sekali sejak zaman Belanda. Dan mayoritas Warga sekitarnya ini adalah seorang Tionghoa. Hingga saat ini Warga Tionghoa di Kawasan Glodok ini menjadikan daerah ini menjadi daerah Perdagangan, sehingga banyak transaksi jual beli di daerah ini, seperti jual beli Barang elektronik, Makanan dan lainnya. Dan sebagian warga tionghoa lainnya ada yang pindah ke kawasan Elite dan telah memiliki rumah mewah, di daerah Pluit, ancol, Sunter, Pantai Indah Kapuk dan Pondok Indah.

Dari zaman Belanda memang kawasan Glodok ini adalah daerah Ekonomi yang tidak pernah berhenti oleh aliran Perdagangan, jadi kawasan ini bukan hanya kawasan yang identic dengan Pecinan saja. Glodok juga memiliki berbagai sejarah dan perjuangannya, seperti Perjuangan kaum Migran, Keterpurukan, Kejayaan dan juga perlawanan terhadap nasib dan Penindasan.
Dahulu Daerah ini dilarang melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan adat mereka, namun setelah masa-masa perjuangan mereka, akhirnya sampai saat ini setiap menjelang imlek kita bisa mendapati daerah Glodok ini terdapat perayaan Tahun barunya. Selain itu daerah ini juga kental akan adat dan tradisi Tionghoa-nya.


Di daerah Petak Sembilan daerah jalan Kemenangan III, banyak di daerah ini barang-barang untuk pernak Pernik lampion merah seperti yang kita temui pada saat imlek. Selain itu kawasan ini juga banyak sekali Produk makanannya. Ada makanan jenis basah maupun kering. Daerah tempat makan banyak di daerah Gang Gloria, berbagai jenis kuliner pun di Jual di kawasan ini, memang kebanyakan di daerah sana adalah Chinese food.

Banyak orang yang mengenal Glodok ini Pusat Elektronik, ternyata di sekitar Glodok juga memiliki berbagai macam jenis kuliner. Beberapa tempatnya ada di Pasar Petak Sembilan, disana terdapat makanan kering maupun basah. Kuliner-kuliner yang basah ini terdiri dari sayur-sayuran, daging dan buah-buahan. Di bagian kuliner Kering, terdapat beberapa jenis kue, permen, dan camilan. Salah Satunya kedai Kopi Tak Kie yang telah melegenda ini.




Kedai kopi ini hanya terletak beberapa meter saja dari bibir gang gloria. Tempatnya tak terlalu besar. Tak ada papan nama yang megah. Bagian depannya malah tertutupi oleh gerobak penjual Sekba dan Bektim (makanan dari jerohan babi). Sangat sederhana untuk sebuah kedai kopi yang sudah berdiri sejak tahun 1927. Suasana di dalam kedai ini cukup bisa dibilang tidak mewah, namun cukup membuat saya terbayang akan suasana pada zaman Belanda, mengingat tak banyak yang berubah dari interiornya. Menu yang dijual di sini hanya ada 2, Kopi Hitam dan Kopi susu, pakai es atau tidak. Harganya bisa dibilang sangat terjangkau, Kopi Hitam seharga 10 ribu rupiah, sedangkan kopi susu cukup tambah uang sebesar seribu rupiah. 

0 comments:

China Town-nya Jakarta!

7:47 PM UTARINI CANDRAKIRANA 0 Comments


Mungkin beberapa dari anda yang senang plesiran ke Luar Negeri, bukan hal yang asing lagi mendengar istilah China Town. Bila diperhatikan, hampir di setiap negara memiliki Kota China ini. Seperti di Indonesia, tepatnya Jakarta, juga memiliki China Town-nya sendiri atau yang terkenal dengan nama "Glodok"

Berjalan-jalan di Jakarta banyak keunikannya, ditambah lagi Jakarta merupakan ibukota dari Indonesia. Sehingga banyak yang mulai berhijrah ke Jakarta, dari orang-orang sampai berbagai produk pun juga berhijrah ke ibukota Indonesia ini. Alhasil banyak terjadi transaksi jual beli di Jakarta ini. Selain itu Jakarta juga memiliki berbagai kawasan Pusat Bisnis, Grosir bisnis, sampai tempat-tempat bersejarah. Salah satunya Pusat elektronik yang terkenal di Jakarta adalah di daerah Glodok. Oleh Karena itu di artikel kali ini kita akan sedikit review Travel Glodok.

Sedikit cerita tentang glodok, Glodok ini ternyata sudah ada sejak Pemerintahan Hindia Belanda, dan dikenal sebagai pecinan terbesar di Batavia. Sehingga bisa kita lihat mayoritas Warga Glodok adalah Keturunan Tionghoa. Kata Glodok sendiri berasal dari Bahasa sunda yaitu Golodog, yang memiliki arti Pintu masuk rumah, Karena sunda kalapa (Sebelum nama Jakarta) merupakan pintu masuk ke kerajaan sunda. Oiya Ada yang bilang juga daerah Glodok ini dikelilingi oleh banyak kincir air yang berbunyi Glojok-glojok, hingga diplesetin menjadi Glodok lah nama daerah ini.

Berjalan-jalan di Kawasan Glodok banyak memiliki nama-nama jalan yang unik, contohnya, jalan kebahagiaan, kesehatan, Kemenangan dan lainnya. Warga sekitar percaya pemberian nama ini merupakan sebuah doa, dan akan mengantarkan mereka ke kehidupan yang lebih baik lagi.

Banyak orang yang mengenal Glodok ini Pusat Elektronik, ternyata di sekitar Glodok juga memiliki berbagai macam jenis kuliner. Beberapa tempatnya ada di Pasar Petak Sembilan, disana terdapat makanan kering maupun basah. Kuliner-kuliner yang basah ini terdiri dari sayur-sayuran, daging dan buah-buahan. Di bagian kuliner Kering, terdapat beberapa jenis kue, permen, dan camilan.

Pasar Petak Sembilan ini berada di Jalan Kemenangan III, Kelenteng Dharma Bhakti. Menelusuri tempat selanjutnya terdapat gang Gloria. Tepatnya di seberang jalan Pancoran, gang ini bernama jalan Pintu Besar Selatan III Nomor 4-6 Pancoran, Glodok. Di pintu masuknya, banyak beragam Pedagang Permen dan Manisan Khas Tionghoa. Di gang ini, terdapat berbagai macam Makanan Khas Tionghoa, seperti Sup Pi Oh, Kopi Tak Kie, Soto Betawi, Pedagang buah-buahan, Toko Kawi dan juga ada foodcourt yang bernama Gloria Foodcourt. Di Gloria Foodcourt ini anda akan mencicipi mie Kangkung si Jangkung yang sangat terkenal. 

Bagi anda pecinta kuliner, mungkin tempat ini menjadi salah satu surganya.



0 comments:

Menunduk bukan Berarti Tunduk.

9:32 AM UTARINI CANDRAKIRANA 1 Comments

Sebel gak sih kalo lagi ketemu teman lama tapi dia yang diajak ngobrol malah sibuk main HP?
Atau kalian pernah ngalamin lagi PDKT sama gebetan tapi dia bales chatnya lama dan giliran jalan bareng, ternyata dia selalu buka handphone nya?

Namun kita tidak bisa memungkiri, bahwa perkembangan teknologi dan informasi agaknya memberikan dampak yang sangat dahsyat terhadap kehidupan manusia dalam berkomunikasi dan bersosialisasi. Khususnya para remaja. Mungkin, tanpa sadar kita seakan patuh dan terikat dengan layar sebesar genggaman tangan itu. Apa yang sebenarnya sedang kita lakukan? Menyelami dunia maya yang terlihat lebih berwarna ketimbang dunia nyata? Apa yang kita temukan di sana? Bagaimana kita bisa terpaku dengan layar handphone berjam-jam tapi tidak bisa berkonsentrasi di dalam kelas ketika melihat papan tulis?

Well, “Generasi Menunduk” itulah istilah unik dan tepat untuk masyarakat modern penggila gadget dan internet. Alasannya, coba kita perhatikan, hampir setiap orang menunduk Karena terfokus pada gadget yang mereka genggam, tidak mengenal tempat dan waktu. Apakah hal ini merupakan sebuah kesalahan? Sebenarnya tidak. Tetapi, hal itu akan menjadi sebuah kesalahan ketika dilakukan secara berlebihan hingga berdampak buruk. Menurut Ibu Ety, seorang Guru BK di salah satu SMA swasta, dirinya kerap kali berurusan dengan murid yang ketahuan membuka hp ketika sedang jam pelajaran. “Banyak sekali siswa dan siswi yang berurusan dengan BK karena ketahuan menggunakan HP saat jam pelajaran” ungkapnya. “Yang jadi masalah disini, siswa seringkali salah mengerti kenapa kami (sebagai guru) sangat melarang mereka menggunakan HP di kelas. Alasan yang paling utama adalah, kami ingin mereka belajar menghargai orang lain terutama guru yang sedang memberikan materi. Saya paham betul HP sangat penting bagi mereka, namun alangkah baiknya jika mereka juga sadar pendidikan jauh lebih penting dari itu” Lanjutnya.

Menurut Ibu Ety, tidak masalah bagi siswa dan siswi untuk membawa HP ke sekolah, Karena sekolah tidak mengeluarkan larangan bagi mereka yang membawa ponsel. Ponsel diakuinya bukan hanya sekedar alat komunikasi, melainkan juga sebagai alat bantu untuk belajar. “Memang betul, sekolah tidak pernah melarang muridnya membawa HP. Mengenai generasi menunduk, sepertinya bukan hanya anak remaja saja yang terkena dampak dari teknologi ini ya. Orang dewasa pun banyak kok di mall atau tempat kerja mereka yang tidak bisa lepas dari Handphone. Termasuk saya. Teknologi mempermudah kita. Nah, balik lagi ke porsi penggunaanya. Yang penting tau waktu, aturan, dan konsekuensinya. Selama digunakan untuk kebaikan, kenapa nggak?”'

Ibu yang mendapat julukan Guru BK Gaul oleh anak murid ini mengaku, salah satu dampak negatif yang ia rasakan dari “Generasi Menunduk” ini adalah adanya disfungsi sosial. Orang-orang cenderung lebih individualis. Hal ini terjadi Karena mereka lebih sering berkomunikasi dan bersosialisasi di dunia maya. Bila dihubungkan dengan problem generasi menunduk yang bebas melangkah di dunia maya, maka agama memiliki peran sebagai filter. Di sinilah perlu adanya kesadaran dari dalam untuk membentengi kita dari hal-hal negative yang internet berikan. Selain itu, upaya yang dilakukan sebagai bentuk konkrit untuk menanamkan nilai dan norma agama harus terlaksana.

“Peran kontrol orang tua sangat berperan besar dalam kehidupan anaknya. Permasalahan yang kita hadapi sekarang adalah, masih banyak orang tua yang tidak mau melek teknologi. Beberapa beralasan, Karena sudah bukan zamannya lagi. Yang lebih parah beralasan Karena ribet. Padahal, dengan kita melek teknologi, kita bisa tau apa saja yang anak kita gunakan dan yang mereka akses. Saya sendiri punya beberapa social media yang yang lagi happening di kalangan anak muda sekarang, ada Snapchat, Instagram, dan terakhir saya sempat mendownlad Bigo Live, Hehehe” Akunya ringan diiringi tawa kecil di telpon. “Banyak anak murid saya yang mem-follow saya dan saya juga mem-follow mereka. Saya sendiri bisa melihat kegiatan mereka dari postingan-postingan mereka di social media. Misalnya, Wah, anak ini habis dari Bali. Duh kok ya bajunya terbuka banget, ya seperti itu lah”

Bagi Kezia sendiri, seorang mahasiswa di STIKOM London School of Public Relations – Jakarta smartphonenya adalah salah satu barang berharga yang tidak boleh tertinggal di rumah. “Smartphone itu penting banget buat gue. It helps me with everything. Sebagai orang yang kuliah sambil bekerja, kadang konsentrasi gue suka terganggu diantara keduanya, misal nih ya, gue lupa besok ada tugas kuliah Karena saking sibuknya kerja. Eh, pas gue ngecek hp ternyata temen gue ada yang ingetin di Group Line kelas tentang tugas itu. Dan menurut gue itu cukup membantu”

Dara berusia 19 tahun ini beranggapan bahwa kita tidak pernah bisa lepas dari perkembangan teknologi. “I admit that, I spend a lot of time by scrolling through my social media timeline. Mostly, Instagram. Kebetulan gue suka banget sama fotografi, jadi apa yang disajikan di IG dan orang-orang yang gue follow, seakan bisa kasih kesenangan sendiri buat gue. Dari sana gue juga dapet beberapa temen yang hobinya sama kayak gue. See, gak semua yang ada di Internet itu hal yang buruk kan?” Jelasnya,


Semua kembali lagi dari cara kita memandang teknologi. Yang perlu di ingat adalah, social media is not our social life, kita punya kewajiban yang harus dijalani dalam kehidupan real kita. Jangan sampai teknologi malah menghambat hal tersebut. 


Maybe your phone is smart, but you gotta be smarter that that. 

1 comments:

Perlukah Film G30S PKI ditayangkan kembali?

10:43 AM UTARINI CANDRAKIRANA 0 Comments



Tidak ada film yang lebih legendaris dari film Pengkhianatan G30S/PKI karya sutradara (alm) Arifin C. Noer dan diproduksi oleh Pusat Produksi Film Negara (PPFN). Dibilang legendaris karena sejak 1984 hingga 1998 film ini rajin menyambangi warga negara Indonesia setiap tanggal 30 September. Mungkin tidak ada film yang diputar sesering film ini. Itu belum termasuk pemutaran di bioskop yang dipadati penonton secara sukarela atau secara terpaksa.

Dengan biaya sekitar Rp. 800 juta di tahun 1984, film ini jadi film pertama yang mencapai penonton sebanyak 699.282 orang di tahun 1984 (sumber: Tempo.co). Rekor ini bertahan sampai tahun 1995.
Teringat ketika saya duduk dibangku kelas 2 SD, kebetulan saya bersekolah di sekolah negeri, dibertahukan sekitar 1 minggu sebelumnya kepada para orangtua murid agar anaknya diberi uang sebesar Rp. 1.500,- untuk menonton film pada tanggal 30 September. Waktu itu, saya tidak mengerti apa yang akan kami tonton nanti di sekolah, namanya juga anak kecil, selalu bersemangat ketika hal baru terjadi di sekolahnya.

Bel sekolah berbunyi, tandanya untuk pulang, kami semua bergegas merapikan meja kami masing-masing. Bukan untuk pulang, melainkan untuk berkumpul di salah satu ruangan sekolah dan menonton film tersebut. Bagi saya, itu adalah pengalaman pertama saya menonton sebuah film di sekolah. 

Ruangan kelas yang di sulap menjadi bioskop dadakan itu, nampak penuh sesak dipenuhi seluruh murid dari kelas 1-3 di sekolah. Sedikit kekecewaan terasa dalam diri saya kala itu karena terlalu banyak orang dalam satu ruangan. Mencoba memperhatikan film yang diputar, namun sulit sekali karena terlalu berisik oleh ocehan anak SD. Saya tidak mengerti apapun tentang film tersebut. 10 Menit berlalu, saya ingat betul bagaimana akhirnya saya bosan dan sesak karena berebut udara dengan anak yang lainnya hingga akhirnya saya meminta ijin kepada guru saya untuk pulang. 

Sampai ketika saya duduk di bangku kelas 5 SD dan sekolah mengadakan study tour ke Lubang Buaya, disitu ibu saya mengingatkan saya tentang film yang ditayangkan oleh sekolah. Namun sayang, saya sama sekali tidak mengingat sedikitpun adegan dari film tersebut. Tapi, kenapa sekolah tidak pernah menayangkan film itu lagi?

Saya tau betul bahwa tanggal 30 September - 1 Oktober adalah tanggal yang sangat berarti bagi bangsa kita. Namun, harus saya akui. Hanya sedikit yang saya pahami dari kejadian itu. Kejadian antara PKI dan pembunuhan 7 jendral yang dikubur di dalam sumur. That's it.

Seakaan, seluruh pelajaran sejarah buyar dalam pikiran saya.


Perlukah Film G30S PKI ditayangkan kembali? 
Kenapa tidak ada tv yang menayangkan film ini lagi?


atau, jika film ini terlalu ketinggalan jaman, kenapa tidak dibuat ulang?

Lalu bagaimana anak cucu kita memahami perjuangan para pahlawan kita dahulu?

Usut punya usut, ternyata ini alasan kenapa film ini dihentikan tayang.

  1. Film Penghianatan G30S PKI sudah tidak relevan lagi dengan kondisi zaman sekarang. Banyaknya kritik yang masuk –baik dari politisi, sejarawan maupun budayawan— terkait dengan kepentingan politik Rezim Soeharto di balik Film tersebut.
  2. Materi dan isi Film Penghianatan G30S PKI sarat dengan nuansa kekerasan. Pengulangan demi pengulangan kekerasan melalui film ini menyebabkan memori masyartakat tidak tersentuh oleh misteri dibalik tragedi G30SPKI, bahkan sampai sekarang
  3. Film Penghianatan G30S PKI tidak cukup untuk membangkitkan nasionalisme dan sikap-sikap kejuangan rakyat, karena justeru dijadikan media dan propaganda untuk melestarikan kekuasaan (saat itu) dengan brand image Soeharto
  4. Film Penghianatan G30S PKI, baik langsung maupun tidak langsung, justeru bisa dianggap membuka peluang tumbuh berkembangnya ideologi komunis dan bibit bibit komunisme di Indonesia.
  5. Film Penghianatan G30S PKI berhenti ditayangkan seiring dengan pamor TVRI yang memudar dan menurun dengan beralihnya pemirsa TV ke chanel-chanel televisi lain yang secara audio visual lebih enak ditonton, meski hanya sekedar menonton sinetron.



0 comments:

7 Hal yang bikin gue Gelisah

8:21 AM UTARINI CANDRAKIRANA 1 Comments



Takut? Cemen banget kayaknya yaaaa.

But yes, as a normal person, gue punya beberapa hal yang gue takutin dan bikin gue gelisah. kok ya gue nulis ini berasa lagi ada di acara On the Spot ya... hmm


Anyway, tulisan ini sebenernya gak terlalu penting sih, tapi di penting-pentingin aja ya, anggap gue itu anaknya Kris Jenner, jadi segala hal informasi tentang gue jadinya penting 😁 

7. Abis Baca atau Nonton Horror


Siapa coba yang gak gelisah kalo abis nonton horror atau baca-baca cerita serem di Internet? Gue pernah sampe bener-bener parno mau ke kamar mandi gara-gara abis baca cerita serem di Kaskus. Sampe ngerasa kayak ada yang ngikutin, ngeliatin gitu deh. Gue inget banget, film horror yang pertama kali gue tonton waktu kecil itu film Jelangkungnya si Hari Pantja. Sumpah, saking gue orangnya kepikiran terus, itu kebawa mimpi filmnya. Gue gak bisa tidur, nangis-nangis ke nyokap gara-gara takut kalo tidur mimpinya keulang lagi. Cuman, gue juga bingung sih, gue yang parnoan begini tapi demen hal-hal yang berbau horror sampe sekarang. Apalagi cowok gue suka ngasih Cerita Bersambung gitu dari Kaskus, bacanya emang seru. Tapi giliran udh mau tidur, langsung nutupin muka pake selimut. Yeah, I guess that's my bad habit.


6. Gak dikabarin pacar


Nah, kalo yang ini, gue mengakui... I'm a bit insecure about relationship, guys. Menurut gue, dalam suatu hubungan itu komunikasi HARUS banget berjalan lancar. Mau lo ada diujung darat, di puncak gunung, atau di dalem laut, as soon as you got signal on your phone, kabarin gue! or... Never call me again! *me being possesif*


5. Nyokap Sakit


Hadeuuh, kalo nyokap udah sakit tuh rasanya gimana ya... ngampus gak tenang, ngerjain kerjaan gak konsen, gak kepikiran laper, gak kepikiran capek, pengennya cepet-cepet pulang aja!


4. Tugas Kuliah 


Yang kerja sambil kuliah pasti tau rasanya kegelisahan yang satu ini. Di saat kerjaan numpuk dan tugas kuliah bejibun, rasanya tuh kayak lari dengan kecepatan 20km/jam di rel kereta api terus dibelakangnya ada kereta yang melaju secepat 200km/jam lebay lo tau lo gak bisa menghindar, but you keep running like an idiot until the train hit you hard. ya pokoke kayak gitu laaah 😓

3. Kanker


Kanker bukan dalam artian penyakit sesungguhnya yaaaaaa, alias Kantong Kering. DUH! Pusing banget kalo kantong udah kayak gurun sahara. Yang awal bulannya jalan terus sampe botol shampoo isinya aer doang. Belom lagi kepikiran bayaran kuliah, hamsyong

2. Cicak


Kucing itu adalah gue ketika ngeliat cicak. God, gue bersumpah cicak adalah hewan yang paling menggelikan di dunia ini, Masuk ke daftar hal yang paling bikin gue gelisah dan takutin! Gue bener-bener gak bisa ngeliat cicak, Bahkan, ngeliat gambar nya pun gue selalu bergidik. Dulu waktu SMP, pas gue ulang tahun ada temen gue yang ngasih kado. Bungkusannya kecil, tapi bentuknya agak aneh. Ternyata isinya ada 2 kado. Yang pertama, mainan Hot Wheels, yang kedua semacam tempat buat nyimpen cincin gitu. Pas gue buka tempat yang buat nyimpen cincin... Ya Allah!!! Langsung ngejerit smp keringet dingin gue, reflek ngebuang tempat itu yang isinya adalah bangkai cicak yang udah kering 😭

1. REVISIAN


Every graphic designers will know this feel. Ketika lo sudah siap-siap menghela nafas dari penatnya deadline dan sudah membuka lebar pundi pundi penyimpanan uang, tiba-tiba revisian datang! Can do nothing for sure. Kadang, isi revisiannya pun cuma geser sedikit, tambahin sedikit, kurangin sedikit, hal hal kecil yang seharusnya gak jadi masalah. Apalagi kalo klien yang bawel, ditambah tekanan dari rekan kerja, udah deh makin menjadi. Tapi demi menghormati klien, harus tetap dikerjakan, merelakan waktu istirahat. Liburan gak tenang. Piknik kurang. Hehehe. Nonetheless, I do love doing my job kok :)

Nah itu dia tadi informasi gak penting mengenai gue, gue sekalian ingin berpesan nih. 


Jangan pernah jadikan kegelisahaan atau ketakutan lo itu menghambat diri lo mencapai kesuksesan. Over thinking of the problem isn't good. So, Keep Moving forward!



Bye.


1 comments:

Sir Raffles "The Good Antagonist"

10:34 PM UTARINI CANDRAKIRANA 0 Comments


Assalamu'alaikum warrahmatullahi wa barakaatuh



Kali ini bahasan gue agak sedikit berbeda dari yang biasanya (emang biasanya ngebahas apaansih tar hahaha

Ya, gue akan ngebahas tentang sejarah yang lahir di Indonesia. gue garis bawahi(sekalian bold & italic deng), 


sejarah YANG LAHIR di Indonesia,
jadi bukan sejarah Indonesia ya gengs... 


Intro: Sekitar 3 minggu yang lalu, dosen Creative Writing gue yang mirip Rossa cerita tentang sejarah seorang penjajah yang dateng jauh-jauh ke Indonesia dari Inggris namanya Sir Thomas Stamford Bingley Raffles atau yang biasa kita sebut sebagai Sir Raffles. 


Lah bunga bangke Tar?
Bukan, tapi dia ada hubungannya sama bunga bangkai

Oh, gitu... berarti dia bau ya?
-_- pertanyaan macam apa ini. Nggak, dia gak bau 

terus gimana? dia wangi?
apasiiiiiih

Apa dong? duh bingung. Coba jelasin hubungan dia sama bunga bangke apaan!
KENAPA MUSTI BUNGA BANGKE YANG DIBAHAS*emosi*

Tapi gue sedikit ceritain deh tentang bunga bangke ini kan gue baik. Jadi, bunga Rafflesia Arnoldi a.k.a bunga bangke yang kita tau sekarang, itu pertama kali ditemukan oleh seorang pemandu yang bekerja pada Dr. Joseph Arnold di Bengkulu tahun 1818. Nah, waktu itu Dr. Joseph Arnold sendiri lagi ikut ekspedisi di bawah pimpinan Sir Raffles. Jadilah nama bunganya gabungan dari Sir Raffles (sbg pemimpin ekspedisi) dan Dr. Joseph Arnold (sbg penemu bunga). Gituloooooh...


Anyway, balik lagi ke topik pembicaraan kita tentang Sir Raffles.

*tatapan maut*

Nih sebelah kiri itu fotonya doi. ganteng kan?Gue yakin banget kalo misalnya doi hidup di jamannya gue, dia bakalan jadi dosen matkul English for Business Communication gue, gabung sama The Three Muskahounds-nya English Division kampus (re: Edward, Scott, and John) hehehehe

Mungkin kalian bakal mikir dia itu bukan apa-apa selain penjajah di negara kita. Which is kalo orang denger kata "penjajah" bakal langsung mikir ke hal yang negatif, merusak, menduduki, menguasai, pokoknya buruk deh. 

Tapi nyatanya, ga semua penjajah itu jahat. Sir Raffles buktinya... *uhuk* *agak serius*



Back in the days when he came to our land, ketika itu kerajaan negara asal beliau, Inggris, mengambil alih kekuasan kerajaan-kerajaan Belanda termasuk diantaranya adalah Indonesia yang dulu dikenal sebagai Hindia Belanda. Semenjak itu pula, pemerintahan Inggris di Indonesia dipegang oleh Sir Raffles. Sir Raffles diangkat menjadi Letnan Gubernur yang bertugas untuk mengatur serta meningkatkan perdagangan dan keamanan.

Namun sebelum diangkat menjadi Letnan Gubernur, tak banyak yang mengetahui bahwa Sir Raffles anak dari seorang kapten yang terlibat perdagangan budak di Kepulauan Karibia, ketika berumur 15 tahun ayahnya meninggal mendadak yang berakibat keluarga beliau terlilit hutang. Raffles remaja langsung berinisiatif untuk bekerja sebagai pegawai di London untuk Perusuahaan Hindia Timur Britania (perusahaan setangah pemerintah yang berperan banyak dalam kekuasaan Inggris di luar negeri) sebelum ia datang ke Indonesia, ia lebih dulu dikirim ke Penang, Malaysia pada tahun 1805 yang menjadi awal mula hubungannya dengan Asia Tenggara.

Banyak banget hal yang dilakukan oleh Sir Raffles untuk Indonesia (khususnya Pulau Jawa) yang hampir semua berdampak positif terhadap perkembangan Indonesia kala itu. Dan menurut cerita dosen gue, beliau adalah seorang yang down to earth, orangnya merakyat banget, beda sama pemimpin Belanda yang mempekerjakaan masyarakat dengan sistem rodi & tanam paksa, Sir Raffles sangat menghargai kemanuasiaan. Makanya, beliau menghapuskan peraturan rodi dan tanam paksa. 
Olivia Mariamne Devenish, Istri Sir Raffles

Sir Raffles juga sering blusukan ke kampung kampung di Jawa bareng isrtinya, Olivia Mariamne. Blusukannya doi bukan buat pencitraan men, pokoknya bedalah niatnya sama para politikus jaman sekarang, tapi doi pengen lebih deket sama masyarakatnya juga karena minat istimewanya akan sejarah Jawa.

Doi rajin banget deh, sering ngumpulin artefak-artefak antik kesenian Jawa, terus di catet sama dia tentang sejarahnya. Dan dari blusukannya itulah doi berhasil ngelakuin ekspedisi pencarian Candi Borobudur. Iya bener, Borobudur! Candi yang segede gaban itu dulunya sempet ketutupan abu vulkanik akibat letusan gunung. Ketutupannya udah parah banget sampe orang ngiranya itu cuma dongeng aja. Sampe akhirnya Sir Raffles dapet kabar itu, dan langsung ngerahin para peneliti Inggris buat nyari Candi Borobudur itu. Kebayang gak sih kalo dulu Sir Raffles gak blusukan di Jawa, mungkin sampe sekarang kita ngedenger Candi Borobudur cuma sebatas mitos aja.

Ada sedikit hal yang ngegoyang hati gue banget, jadi katanya dulu pas Inggris menyerahkan kembali tanah jajahannya kepada Belanda, Sir Raffles harus balik ke Inggris. Dia sedih banget sampe nangis karena harus ninggalin Pulau Jawa. Mungkin sedih juga kali ya, karena makam istrinya ada disini. Sir Raffles jadi benci banget sama Belanda karena mereka bisa nginjek Jawa lagi. Saking keselnya, dia bersumpah bakal bikin satu pulau kecil yang dia tempatin lebih maju daripada Jawa. And yeah, he did it! Singapur lah pulau kecil yang beruntung itu. Peradabannya sekarang jauh dari Indonesia, termaju se-Asia Tenggara. Imagine, if it was Jawa men. but anyhow, thanks to Sir Raffles "The Good Antagonist" u gave us such a motivational history!


0 comments:

Perkenalan (LAGI)

7:14 PM UTARINI CANDRAKIRANA 2 Comments

Assalamu'alaikum warrahmatullahi wa barakaatuh

aduh bingung musti mulai darimana

Halo, sudah lama tidak membagi pengalaman dan cerita dengan kalian hehe (sok ngartis)

Sebelumnya gue mau cerita dulu nih, gue aktif blog lagi karena ini salah satu tugas matkul di kampus gue which is CREATIVE WRITING. 

--------------------------------

Fyi, gue sekarang ngampus di LSPR - Jakarta iya bener yang banyak artisnya itu. Alhamdulillah sekarang udah jalan semester 3 dan gue ambil shift sore. Yep, gue sembari kerja. Sebenernya, sampe tulisan ini gue post, gue pun belum mendapatkan tempat kerja yang fix. Masih ngelamar dan cari yang cocok. Tapi, bersama dengan kekasih tercinta Valen, gue sedang menekuni usaha di bidang jasa desain grafis. Lebih menonjol di bagian Undangan dan Percetakan sih, cuman ya kalo ada yang mau order di luar undangan, sekarang kita komit bakal bawa nama perusahaan kita -wtf

(Back to the topic ~cusss)

Gue mau ngenalin diri gue (lagi) yang sebenernya gue lupa udah pernah kenalan disini apa belom. *yaudahlah*

Nama gue Utarini Candrakirana, bebas sebebas bebasnya kalian mau panggil gue apa. Tari, Uta, Utar, Candra, Rana, Kiran, Uut, Cici, Uttaran kek. Asalkan jangan panggil gue Rini. Gak suka dipanggil Rini, karena menurut gue itu namanya cewek bangetttt.

hmm apalagi ya

Gue sekarang tinggal di Bekasi, iya B-E-K-A-S-I. Satu kota yang dulu sempet kena bully-an karena letaknya yang jauh. padahal sebenernya gak jauh-jauh amat sih, tergantung dimana lo tinggal aja. ya kalo lo tinggalnya di Tangerang daerah Balaraja, ya jelas jauh.

"Buktinya, gue sanggup PP naik kendaraan motor/mobil/kereta ke kampus gue yang di daerah Sudirman. Perlu sedikit perjuangan sih ngelawan macet, cuman kalo dibawa enjoy, banjir2an sambil macet yaa ayok -halah"


Highlight of BEKASI:

Ini nih yang bikin Minion. (re: Piramid terbalik Minion The Movie)

jauh kan :)



Kita juga punya stadion yang mirip Old Trafford boong deng


NAH gue baru inget, gue pernah bantuin sepupu gue bikin video tugas matkulnya dia, nih bisa diliat bekasi kayak gimana hehehe. Jangan lupa like&share ya *ala-ala youtubers*





gue sebenernya baru tinggal di Bekasi selama 4 Tahun, sebelumnya gue tinggal di Jakarta. tapi harus gue akui ya, sebenernya bekasi itu kota yang nyaman menurut gue, kemana-mana deket. 

gue itu anaknya pecinta kucing, dulu cuman ada 1 di rumah, seiring dengan perkembangan waktu sekarang jadi ada 7 :) kapan-kapan gue bikin tulisan khusus dedicated buat kucing-kucing gue. Banyak orang yang bilang kalo sifat hewan peliharaan kita itu sama dengan majikannya. hmmm, gue awalnya  mikir "Masa sih?" dan akhirnya gue menghabiskan waktu seharian merhatiin tingkah laku mereka. awalnya gue meng iyakan perkataan orang2, sampe pas mereka poop. mulai menggali-gali pasir, dan ngeden. Dude, there's no way your cat would flush the toilet. so yeah, cats will be cats, gak bisa disamanin. Totally.
Mungkin gitu aja dari gue, Sekian. Bye 

2 comments: